Bupati Aceh Utara, Ismail Jalil, menyuarakan keprihatinan atas minimnya perhatian pemerintah pusat terhadap wilayahnya yang dilanda banjir bandang dan longsor parah. Ia menyebutkan bahwa 25 dari total 27 kecamatan di Aceh Utara terdampak signifikan.
Keluhan ini disampaikan Ismail dalam Rapat Koordinasi Satgas Pemulihan Pascabencana DPR yang dihadiri Kementerian Lembaga dan Kepala Daerah di Aceh, Selasa (30/12/2025). Ismail merasa heran karena Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka belum pernah mengunjungi daerahnya, berbeda dengan kunjungan ke wilayah lain.
“Perlu saya sampaikan sedikit, izin Bapak Menteri dan kepada seluruh yang telah berhadir. Mungkin tadi sudah disampaikan, maaf, Bupati Tamiang dan Bupati Pidie Jaya. Mungkin di Aceh Utara selama ini, Pak Presiden selalu ke Tamiang dan ke Takengon, Aceh Tengah, dan juga hadir di Pidie Jaya, termasuk Pak Wakil Presiden,” kata Ismail.
Ismail menjelaskan bahwa hampir seluruh wilayahnya terdampak banjir, namun minim perhatian karena kondisi lumpuh total, termasuk terputusnya jaringan komunikasi. Ia menduga hal ini membuat bencana di Aceh Utara tidak menjadi viral.
“Tapi di Aceh Utara kayaknya, kayak mana saya rasa, apa nggak tahu ada banjir? Karena gini masalah, di Aceh Utara 27 kecamatan yang terdampak 25 kecamatan. Kami sinyal tidak ada, Telkom mati, makanya tidak viral. Mungkin viralnya di Bireuen karena putus jembatan. Mungkin viralnya di Tamiang karena kota,” ujarnya.
Ia menambahkan, “Tapi di Aceh Utara dari 27 kecamatan, 25 kecamatan terdampak dan sinyal HP mati. Kami bisa melihat saja bagaimana rumah hanyut, kemudian bagaimana sarana ibadah hanyut, kemudian manusianya hanyut dibawa arus.”
Ismail mengaku sempat menangis saat meminta bantuan pesawat untuk mendistribusikan logistik ke daerah-daerah terisolir. Ia menggambarkan warga terpaksa bertahan di atap rumah menyaksikan kampung mereka terseret arus.
“Kami hanya bisa melihat di atap-atap. Tapi kami tidak bisa memviralkan. Maka pejabat-pejabat dari pusat, mohon maaf. Saya pernah menangis-nangis minta pesawat untuk mengirim logistik kepada tempat-tempat yang terisolir,” ungkapnya.
Menurutnya, skala bencana di Aceh Utara bahkan lebih parah dari tsunami karena kerusakan terjadi dari hulu hingga hilir, dengan munculnya muara-muara baru di pesisir akibat terjangan banjir.
“Tapi pusat kayaknya tutup mata, akibat kami tidak ada sinyal HP dan mati lampu, makanya tidak viral. Mungkin itu alasan tidak hadir,” katanya.
Menanggapi keluhan tersebut, Wakil Ketua DPR Saan Mustopa memastikan bahwa Aceh Utara tidak akan dibiarkan menghadapi bencana sendirian. Ia berjanji akan ada perhatian khusus.
“Tentu tadi yang disampaikan, sebagai ungkapan isi hati, ini tentu akan mendapatkan nanti perhatian. Kita juga akan memfokuskan supaya Pak Bupati tidak merasa sendirian, makanya hari ini kita hadir diundang untuk coba bersama-sama untuk menangani persoalan-persoalan pasca bencana,” ujar Saan.
“Jadi terima kasih Pak Bupati, Insyaallah nanti kita tangani secara bersama-sama,” imbuhnya.






