Industri film Indonesia terus berkembang pesat, namun tingginya biaya produksi dan ketidakpastian pendapatan bioskop menjadi tantangan tersendiri. Menjawab persoalan ini, PT Suka Nonton Film (SNF) mengembangkan riset pembiayaan film berbasis teknologi digital Web3 untuk menciptakan model investasi yang lebih transparan dan terukur.
Memetakan Produksi Film ke Aset Digital
Selama ini, industri film menghadapi risiko investasi yang sulit diprediksi akibat membengkaknya biaya produksi dan fluktuasi pendapatan tiket. Melalui riset pemanfaatan teknologi blockchain, SNF berupaya memetakan elemen-elemen produksi film ke dalam ekosistem aset digital. Tujuannya adalah agar nilai ekonomi produksi film dapat dibentuk sejak tahap pra-produksi.
Dio, Manajer SNF, menjelaskan bahwa ketergantungan pada performa box office menempatkan industri film pada posisi yang sangat tidak pasti. “Melalui riset ini, kami ingin mencari pendekatan lain yang memungkinkan risiko investasi dikelola secara lebih rasional dan transparan,” ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (25/12/2025).
Mitigasi Risiko Melalui Pendekatan Problem Solving
Saat ini, riset SNF masih dalam tahap pengumpulan data dan simulasi model pembiayaan. Fokus utamanya adalah menyusun struktur keuangan yang memperjelas alur pendanaan, kepemilikan, dan risiko investasi.
Tegar Syahranu, Pendiri SNF, menambahkan bahwa pendekatan ini berangkat dari semangat inovasi dan mitigasi risiko. “SNF kami bangun dengan pendekatan problem solving. Jika di sektor pariwisata kami memanfaatkan efisiensi digital, maka di industri film kami melihat teknologi Web3 sebagai alternatif untuk menciptakan struktur investasi yang lebih aman dan terukur bagi para sineas dan investor,” katanya.
Ke depan, SNF berharap riset ini dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi pengembangan ekosistem industri film Indonesia. PT Suka Nonton Film (SNF) sendiri merupakan perusahaan yang berfokus pada pengembangan dan produksi konten film, dengan upaya memanfaatkan teknologi digital untuk penguatan ekosistem perfilman.
