Sepakbola

Aksi Unik Fans Kongo di Piala Afrika 2025: Berdiri Bak Patung, Hormati Bapak Bangsa

Advertisement

Rabat – Seorang penggemar Republik Demokratik Kongo mencuri perhatian di Piala Afrika 2025 dengan aksinya yang unik. Ia berdiri tak bergerak layaknya patung sepanjang pertandingan timnasnya, sebagai bentuk penghormatan kepada sosok penting dalam sejarah negaranya.

Aksi Penghormatan di Tribun

Di tengah euforia pertandingan yang membawa Kongo lolos ke babak 16 besar Piala Afrika 2025 sebagai runner-up Grup D, sebuah pemandangan tak biasa tersaji di tribun penonton. Seorang pria bernama Michel Kuka Mboladinga, yang mengenakan jaket dan dasi, tampak berdiri diam sejak kick-off hingga peluit akhir pertandingan dibunyikan.

Menurut laporan Africa Top Sports, Mboladinga melakukan aksi ini untuk menghormati Perdana Menteri pertama Kongo, Patrice Lumumba. Ia mengangkat lengannya, meniru pose patung Lumumba yang berdiri megah di ibu kota Kongo, Kinshasa.

Dedikasi Tanpa Henti

Dedikasi Mboladinga teruji dalam laga Kongo melawan Benin pada 23 Desember. Pertandingan tersebut berlangsung hingga hampir 115 menit, termasuk waktu tambahan, namun Mboladinga tetap teguh pada posisinya, tak bergerak sedikit pun hingga akhir.

Aksinya ini tidak hanya menarik perhatian penonton di stadion yang turut berfoto dengannya, tetapi juga viral di media sosial. Video penghormatannya mendapat banyak apresiasi dari warganet.

Advertisement

“This DR Congo fan stands statuesque for the entire game ๐Ÿ˜ฒ Nicknamed ‘Lumumba’ due to a resemblance to the country’s first prime minister, it’s certainly one way to support your team ๐Ÿ‡จ๐Ÿ‡ฉ pic.twitter.com/JjCON9cnAv รขโ‚ฌโ€ Men in Blazers (@MenInBlazers) December 30, 2025”

Patrice Lumumba, Bapak Bangsa Kongo

Patrice Lumumba diakui sebagai bapak bangsa Republik Demokratik Kongo. Perjuangannya dalam proses kemerdekaan Kongo dari Belgia pada Juni 1960 menjadikannya tokoh sentral. Ia menjabat sebagai Perdana Menteri pertama negaranya sebelum akhirnya dikudeta dan dibunuh pada 17 Januari 1961 di usia 35 tahun.

Nama Lumumba juga memiliki catatan sejarah di Indonesia. Pada era Orde Lama, salah satu jalan di Jakarta (Kemayoran) sempat dinamai Lumumba, sebelum akhirnya diubah pada masa Orde Baru karena dianggap memiliki kedekatan dengan ideologi kiri.

Advertisement